Rabu, 07 Januari 2015

TEKNIS BUDIDAYA TERNAK KELINCI DENGAN TEKNOLOGI ORGANIK NASA

NASA

TEKNIS BUDIDAYA TERNAK KELINCI DENGAN TEKNOLOGI ORGANIK NASA

Cara Budidaya Ternak Kelinci Organik dengan Produk NASA . Ternak ini semula hewan liar yang sulit di jinakkan.Hampir setiap negara di dunia memiliki ternak kelinci karena kelinci mempunyai daya adaptasi tubuh yang relatif tinggi sehingga mampu hidup di hampir semua iklim seluruh dunia. Kelinci dikembangkan di daerah dengan populasi penduduk relatif tinggi. Adanya penyebaran kelinci juga menimbulkan sebutan yang berbeda. Di Eropa disebut rabbit. Di Indonesia hewani ini disebut kelinci. Sedangkan di Jawa disebut trewelu dan sebagainya.

SENTRA PERIKANAN Di Indonesia masih terbatas daerah tertentu dan belum menjadi sentra produksi. Dengan kata lain pemeliharaan masih tradisional.

JENIS KELINCI

Menurut sistem Binomial, bangsa kelinci diklasifikasikan sebagai berikut :

~ Ordo : Lagomorpha
~ Famili : Leporidae
~ Sub famili : Leporine
~ Genus : Lepus, Orictolagus
~ Spesies : Lepus spp., Orictolagus spp.

Jenis yang umum diternakkan adalah American Chinchilla, Angora, Belgian, Californian, Dutch, English Spot, Flemish Giant, Havana, Himalayan, New Zealand Red, White dan Black, Rex Amerika. Kelinci lokal yang ada sebenarnya berasal dari dari Eropa yang telah bercampur dengan jenis lain hingga sulit dikenali lagi. Jenis New Zealand White dan Californian sangat baik untuk produksi daging, sedangkan Angora baik untuk bulu.

MANFAAT

Manfaat yang diambil dari kelinci adalah bulu dan daging yang sampai saat ini mulai laku keras di pasaran. Selain itu hasil ikutan masih dapat dimanfaatkan untuk pupuk, kerajinan dan pakan ternak.

PERSYARATAN LOKASI

Dekat sumber air, jauh dari tempat kediaman, bebas gangguan asap, baubauan, suara bising dan terlindung dari predator.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA KELINCI

Yang perlu diperhatikan dalam usaha ternak kelinci adalah persiapan lokasi yang sesuai, pembuatan kandang, penyediaan bibit dan penyediaan pakan.

1. Penyiapan Sarana dan Perlengkapan

Fungsi kandang sebagai tempat berkembang biak dengan suhu ideal 21 derajat C, sirkulasi udara lancar, lama pencahayaan ideal 12 jam dan melindungi ternak dari predator. Menurut kegunaan, kandang kelinci dibedakan menjadi kandang induk. Untuk induk/kelinci dewasa atau induk dan anak-anaknya, kandang jantan, khusus untuk pejantan dengan ukuran lebih besar dan Kandang anak lepas sapih. Untuk menghindari perkawinan awal kelompok dilakukan pemisahan antara jantan dan betina. Kandang berukuran 200x70x70 cm tinggi alas 50 cm cukup untuk 12 ekor betina/10 ekor jantan. Kandang anak (kotak beranak) ukuran 50x30x45 cm.

Menurut bentuknya kandang kelinci dibagi menjadi :

a. Kandang sistem postal, tanpa halaman pengumbaran, ditempatkan dalam ruangan dan cocok untuk kelinci muda.

b. Kandang sistem ranch ; dilengkapi dengan halaman pengumbaran.

C. Kandang battery; mirip sangkar berderet dimana satu sangkar untuk satu ekor dengan konstruksi Flatdech Battery (berjajar), Tier Battery (bertingkat), Pyramidal Battery (susun piramid).

2. Pembibitan Perlengkapan kandang yang diperlukan adalah tempat pakan dan minum yang tahan pecah dan mudah dibersihkan.

Untuk syarat ternak tergantung dari tujuan utama pemeliharaan kelinci tersebut. Untuk tujuan jenis bulu maka jenis Angora, American Chinchilla dan Rex merupakan ternak yang cocok. Sedang untuk tujuan daging maka jenis Belgian, Californian, Flemish Giant, Havana, Himalayan dan New Zealand merupakan ternak yang cocok dipelihara.

a. Pemilihan bibit dan calon induk.
Bila peternakan bertujuan untuk daging, dipilih jenis kelinci yang berbobot badan dan tinggi dengan perdagingan yang baik, sedangkan untuk tujuan bulu jelas memilih bibit-bibit yang punya potensi genetik pertumbuhan bulu yang baik. Secara spesifik untuk keduanya harus punya sifat fertilitas tinggi, tidak mudah nervous, tidak cacat, mata bersih dan terawat, bulu tidak kusam, lincah/aktif bergerak.

b. Perawatan Bibit dan calon induk.
Perawatan bibit menentukan kualitas induk yang baik pula, oleh karena itu perawatan utama yang perlu perhatian adalah pemberian pakan yang cukup, pengaturan dan sanitasi kandang yang baik serta mencegah kandang dari gangguan luar.

c. Sistem Pemuliabiakan.
Untuk mendapat keturunan yang lebih baik dan mempertahankan sifat yang spesifik maka pembiakan dibedakan dalam 3 kategori yaitu :

~ In Breeding (silang dalam), untuk mempertahankan dan menonjolkan sifat spesifik misalnya bulu, proporsi daging.

~ Cross Breeding (silang luar), untuk mendapatkan keturunan lebih baik/menambah sifat-sifat unggul.

~ Pure Line Breeding (silang antara bibit murai), untuk mendapat bangsa/jenis baru yang diharapkan memiliki penampilan yang merupakan perpaduan 2 keunggulan bibit.

d. Reproduksi dan Perkawinan.
Kelinci betina segera dikawinkan ketika mencapai dewasa pada umur 5 bulan (betina dan jantan). Bila terlalu muda kesehatan terganggu dan dan mortalitas anak tinggi. Bila pejantan pertama kali mengawini, sebaiknya kawinkan dengan betina yang sudah pernah beranak. Waktu kawin pagi/sore hari di kandang pejantan dan biarkan hingga terjadi 2 kali perkawinan, setelah itu pejantan dipisahkan.

e. Proses Kelahiran.
Setelah perkawinan kelinci akan mengalami kebuntingan selama 30-32 hari. Kebuntingan pada kelinci dapat dideteksi dengan meraba perut kelinci betina 12-14 hari setelah perkawinan, bila terasa ada bola-bola kecil berarti terjadi kebuntingan. Lima hari menjelang kelahiran induk dipindah ke kandang beranak untuk memberi kesempatan menyiapkan penghangat dengan cara merontokkan bulunya. Kelahiran kelinci yang sering terjadi malam hari dengan kondisi anak lemah, mata tertutup dan tidak berbulu. Jumlah anak yang dilahirkan bervariasi sekitar 6-10 ekor.

3. Pemeliharaan

a. Sanitasi dan Tindakan Preventif.
Tempat pemeliharaan diusahakan selalu kering agar tidak jadi sarang penyakit. Tempat yang lembab dan basah menyebabkan kelinci mudah pilek dan terserang penyakit kulit.

b. Pengontrolan Penyakit.
Kelinci yang terserang penyakit umumnya punya gejala lesu, nafsu makan turun, suhu badan naik dan mata sayu. Bila kelinci menunjukkan hal ini segera dikarantinakan dan benda pencemar juga segera disingkirkan untuk mencegah wabah penyakit.

c. Perawatan Ternak.
Penyapihan anak kelinci dilakukan setelah umur 7-8 minggu. Anak sapihan ditempatkan kandang tersendiri dengan isi 2-3 ekor/kandang dan disediakan pakan yang cukup dan berkualitas. Pemisahan berdasar kelamin perlu untuk mencegah dewasa yang terlalu dini. Pengebirian dapat dilakukan saat menjelang dewasa. Umumnya dilakukan pada kelinci jantan dengan membuang testisnya.

d. Pemberian Pakan.
Jenis pakan yang diberikan meliputi hijauan meliputi rumput lapangan, rumput gajah, sayuran meliputi kol, sawi, kangkung, daun kacang, daun turi dan daun kacang panjang, biji-bijian/pakan penguat meliputi jagung, kacang hijau, padi, kacang tanah, sorghum, dedak dan bungkil-bungkilan.

Untuk memenuhi kebutuhan pakan pada ternak kelinci perlu diberikan pakan tambahan berupa konsentrat yang dapat dibeli di toko pakan ternak. Agar pertumbuhan ternak kelinci mencapai bobot sesuai target waktu maka perlu diberikan tambahan nutrisi berupa VITERNA, POC NASA , HORMONIK pada pakan konsentrat. Pemberian nutrisi tambahan tersebut selain melalui pakan konsentrat juga diberikan melalui air minum.

Cara aplikasinya Produk NASA adalah :

~ Campurkan terlebih dahulu 1 botol VITERNA + 1 botol POC NASA + 1 botol HORMONIK ke dalam satu wadah khusus dan kocok hingga tercampur sempurna.

~ Ambil larutan yang sudah tercampur tadi dengan ukuran 5 cc (setengah tutup) untuk 10 liter air minum. Pemberian air minum perlu disediakan di kandang untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuhnya.

~ Ambil 5 cc (setengan tutup) kemudian dicampurkan dengan sedikit air untuk pembasah pada pakan konsentrat. Pemberian pakan konsentrat ini cukup diberikan sehari sekali saja pada pagi hari. Selebihnya gunakan pakan hijauan.

e. Pemeliharaan Kandang.
Lantai/alas kandang, tempat pakan dan minum, sisa pakan dan kotoran kelinci setiap hari harus dibersihkan untuk menghindari timbulnya penyakit. Sinar matahari pagi harus masuk ke kandang untuk membunuh bibit penyakit. Dinding kandang dicat dengan kapur/ter. Kandang bekas kelinci sakit dibersihkan dengan kreolin/lysol.

HAMA DAN PENYAKIT

~ Bisul
Penyebab : terjadinya pengumpulan darah kotor di bawah kulit.
Pengendalian : pembedahan dan pengeluaran darah kotor selanjutnya diberi Jodium.

~ Kudis
Penyebab : Darcoptes scabiei.
Gejala : ditandai dengan koreng di tubuh.

Pengendalian : dengan antibiotik salep.

~ Eksim
Penyebab : kotoran yang menempel di kulit.
Pengendalian : menggunakan salep/bedak Salicyl.

~ Penyakit telinga
Penyebab : kutu.
Pengendalian : meneteskan minyak nabati.

~ Penyakit kulit kepala
Penyebab : jamur.
Gejala : timbul semacam sisik pada kepala.
Pengendalian : dengan bubuk belerang.

~ Penyakit mata
Penyebab : bakteri dan debu.
Gejala : mata basah dan berair terus.
Pengendalian : dengan salep mata.

~ Mastitis
Penyebab : susu yang keluar sedikit/tak dapat keluar.
Gejala : puting mengeras dan panas bila dipegang.
Pengendalian : dengan tidak menyapih anak terlalu mendadak.

~ Pilek
Penyebab : virus.
Gejala : hidung berair terus.
Pengendalian : penyemprotan antiseptik pada hidung.

~ Radang paru-paru
Penyebab : bakteri Pasteurella multocida.
Gejala : napas sesak, mata dan telinga kebiruan.
Pengendalian : diberi minum Sul- Q-nox.

~ Berak darah
Penyebab : protozoa Eimeira.
Gejala : nafsu makan hilang, tubuh kurus, perut membesar dan mencret darah.
Pengendalian : diberi minum sulfaquinxalin dosis 12 ml dalam 1 liter air.

Hama pada kelinci umumnya merupakan predator dari kelinci seperti anjing. Pada umumnya pencegahan dan pengendalianhama dan penyakit dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan kandang, pemberian pakan yang sesuai dan memenuhi gizi dan penyingkiran sesegera mungkin ternak yang sakit.

Untuk info dan pemesanan produk Budidaya Ternak Kelinci Hubungi segera (Call/sms) Organik Nusantara Distributor Resmi PT. Natural Nusantara :

XL : 081902639545
AS : 085229806161
AXIS : 083837250533
BBM : 30B210F0

www.produknasa.mywapblog.com

Selasa, 06 Januari 2015

TEKNIS BUDIDAYA TERNAK BURUNG PUYUH DENGAN TEKNOLOGI ORGANIK NASA

NASA

TEKNIS BUDIDAYA TERNAK BURUNG PUYUH DENGAN TEKNOLOGI ORGANIK NASA

Cara Budidaya Burung Puyuh dengan produk Organik NASA . Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs.Jawa-Indonesia). Sentra Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.

JENIS - JENIS BURUNG PUYUH :

~ Kelas : Aves (Bangsa Burung)
~ Ordo : Galiformes
~ Sub Ordo : Phasianoidae
~ Famili : Phasianidae
~ Sub Famili : Phasianinae
~ Genus : Coturnix
~ Species : Coturnix-coturnix Japonica

MANFAAT DARI BUDIDAYA BURUNG PUYUH :

~ Telur dan dagingnya mempunyai nilai gizi dan rasa yang lezat.

~ Bulunya sebagai bahan aneka kerajinan atau perabot rumah tangga lainnya.

~ Kotorannya sebagai pupuk kandang ataupun kompos yang baik dapat digunakan sebagai pupuk tanaman.

PERSYARATAN LOKASI :

~ Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk.

~ Lokasi mempunyai strategi transportasi, terutama jalur sapronak dan jalur-jalur pemasaran.

~ Lokasi terpilih bebas dari wabah penyakit.

~ Bukan merupakan daerah sering banjir.

~ Merupakan daerah yang selalu mendapatkan sirkulasi udara yang baik.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
A. PERKANDANGAN

Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 derajat C, kelembaban kandang berkisar 30-80%, penerangan kandang pada siang hari cukup 25-40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk kedalam kandang.

Model kandang puyuh ada 2 (dua) macam yang biasa diterapkan yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Ukuran kandang untuk 1 m2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjuntnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m2 sampai masa bertelur.

Adapun kandang yang biasa digunakan dalam budidaya burung puyuh adalah :

1). Kandang untuk induk pembibitan Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan menghasilkan telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. Idealnya satu ekor puyuh dewasa membutuhkan luas kandang 200 m2.

2). Kandang untuk induk petelur Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang ini mempunyai bentuk, ukuran, dan keperluan peralatan yang sama. Kepadatan kandang lebih besar tetapi bisa juga sama.

3). Kandang untuk anak puyuh/umur stater (kandang indukan) Kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu mulai umur satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu. Kandang ini berfungsi untuk menjaga agar anak puyuh yang masih memerlukan pemanasan itu tetap terlindung dan mendapat panas yang sesuai dengan kebutuhan. Kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas. Biasanya ukuran yang sering digunakan adalah lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi kaki 50 cm. (cukup memuat 90-100 ekor anak puyuh).

4). Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu) Bentuk, ukuran maupun peralatannya sama dengan kandang untuk induk petelur. Alas kandang biasanya berupa kawat ram.

B. PERALATAN

Perlengkapan kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempat bertelur dan tempat obat-obatan.

2. Penyiapan Bibit Yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya, adalah memahami 3 (tiga) unsur produksi usaha perternakan yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum) dan pengelolaan usaha peternakan. Pemilihan, yaitu :

~ Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau bebas dari kerier penyakit.

~ Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran.

~ Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksi telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik.

3. Pemeliharaan
A. Sanitasi dan Tindakan Preventif

Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungan kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini mungkin.

B. Pengontrolan Penyakit

Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan setempat atau petunjuk dari Poultry Shoup.

C. Pemberian Pakan

Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan tepung. Karena puyuh yang suka usil memtuk temannya akan mempunyai kesibukan dengan mematuk-matuk pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua) kali sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak puyuh pada bibitan terus-menerus.

PT. NATURAL NUSANTARA mengeluarkan suplemen khusus ternak yaitu VITERNA Plus dan POC NASA. Produk-produk ini menggunakan teknologi asam amino, mineral dan vitamin yang diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh puyuh yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan puyuh.

VITERNA dan POC NASA mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan puyuh yaitu :

~ Asam-asam amino esensial, yaitu Arginin, Hiistidin, Leusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai penyusun protein tubuh, pembentuk sel dan organ tubuh.

~ Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh itik petelur dari serangan penyakit.

~ Mineral-mineral lengkap yaitu N, P, K, Ca, mg , Cl dan lain-lain sebagai penyusun tulang, darah dan berperan dalam sintesis enzim untuk memperlancar proses metabolisme dalam tubuh.

Cara penggunaannya adalah dengan mencampur/mengoplos VITERNA Plus dan POC NASA menjadi satu botol terlebih dahulu. Kemudian dicampurkan pada air minum dengan dosis : 1 tutup botol campuran VITERNA Plus dan POC NASA untuk sekitar 10 liter air minum dan diberikan setiap 3 hari sekali, terutama pada pagi hari. Air minum diberikan tidak terbatas, jika sudah habis harus diisi kembali. Gunakan air yang bersih, bebas dari logam dan mikroorganisme. Tempat penampungan air pun tidak terbuat dari bahan yang mudah berkarat.

Keunggulan dan manfaat pemberian VITERNA dan POC NASA pada burung puyuh adalah :

1. Berasal dari bahan alami/organik, bukan dari bahan-bahan kimia atau sintetik.

2. Mampu menggantikan pemberian vitamin dan mineral kimia/sintetik.

3. Meningkatkan nafsu makan.

4. Mengurangi kestresan pada ayam, baik pada saat masuk kandang pertama kali, setelah ayam divaksinasi atau saat ayam dalam proses pengobatan.

5. Mengurangi bau kotoran.

6. Meningkatkan kesehatan ayam.

7. Mempercepat waktu pertama bertelur di mana pada burung puyuh umur 30 hari sudah mulai bertelur.

8. Angka kematian : 3% – 5%.

9. Cangkang telur lebih kuat dan tidak mudah pecah.

D. Pemberian Vaksinasi dan Obat

Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis separo dari dosis untuk ayam. Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral). Pemberian obat segera dilakukan apabila puyuh terlihat gejala-gejala sakit dengan meminta bantuan petunjuk dari PPL setempat ataupun dari toko peternakan (Poultry Shoup), yang ada di dekat Anda beternak puyuh.

HAMA DAN PENYAKIT

1. Quail enteritis)
Penyebab : bakteri anerobik yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul pearadangan pada usus.
Gejala : puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan mengandung asam urat.
Pengendalian : memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisashkan burung puyuh yang sehat dari yang telah terinfeksi.

2) Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
Gejala : puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
Pengendalian : (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.

3) Berak putih (Pullorum)
Penyebab : Kuman Salmonella pullorum dan merupakan penyakit menular.
Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut dan sayap lemah menggantung.
Pengendalian : sama dengan pengendalian penyakit tetelo.

4) Berak darah (Coccidiosis)
Gejala : tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
Pengendalian : (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox.

5) Cacar Unggas (Fowl Pox)
Penyebab : Poxvirus, menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jenis kelamin.
Gejala : imbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki, mulut dan farink yang apabila dilepaskan akan mengeluarkan darah.
Pengendalian : vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfksi.

6) Quail Bronchitis
Penyebab : Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular.
Gejala : puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersi, mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir serta kadangkala kepala dan leher agak terpuntir.
Pengendalian : pemberian pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai.

7) Aspergillosis
Penyebab : cendawan Aspergillus fumigatus.
Gejala : Puyuh mengalami gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang.
Pengendalian : memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya.

8) Cacingan
Penyebab : sanitasi yang buruk.
Gejala : puyuh tampak kurus, lesu dan lemah.
Pengendalian : menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga kebersihannya.

Panduan pedoman cara budidaya ternak puyuh petelur poc nasa viterna hormonik distributor nasa natural nusantara.

PANEN

1. Hasil Utama, Pada usaha pemeliharaan puyuh petelur, yang menjadi hasil utamanya adalah produksi telurnya yang dipanen setiap hari selama masa produksi berlangsung.

2. Hasil Tambahan, Sedangkan yang merupakan hasil tambahan antara lain berupa daging afkiran, tinja dan bulu puyuh.

Untuk info dan pemesanan Produk Budidaya Burung Puyuh hubungi segera (Call/sms) Organik Nusantara Distributor Resmi PT. Natural Nusanatara :

XL : 081902639545
AS : 085229806161
AXIS : 083837250533
BBM : 30B210F0

www.produknasa.mywapblog.com

TEKNIS BUDIDAYA TERNAK KAMBING DAN DOMBA DENGAN TRKNOLOGI ORGANIK NASA

NASA

BUDIDAYA TERNAK KAMBING DAN DOMBA.

Budidaya Ternak Kambing dan Domba dengan Produk Organik NASA. Pola peternakan kambing dan domba potong atau pedaging di Indonesia sebagian besar masih berskala kecil sehingga perlu diupayakan secara lebih intensif. Pertambahan penduduk yang tinggi di Indonesia ditambah dengan semakin meningkatnya daya beli masyarakat menyebabkan kebutuhan daging selama ini belim mencukupi permintaan. Produksi dalam negeri untuk daging baru mencapai ± 400.000 ton/tahun, sehingga sampai dengan saat ini masih mengandalkan impor daging.

Untuk itu PT. NATURAL NUSANTARA dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) berupaya menbantu meningkatkan budidaya kambing dan domba potong dengan target sasaran tercapainya peningkatan kualitas dan kuantitas daging.

A. PENGGEMUKAN

Penggemukan kambing atau domba adalah suatu aktivitas pemeliharaan kambing atau domba dewasa yang sebelumnya dalam kondisi kurus selanjutnya ditingkatkan barat badannya melalui proses pembesaran daging dalam waktu 3-5 bulan.

B. JENIS KAMBING DAN DOMBA POTONG

1. Kambing Kacang. Cirinya adalah badan kecil dan relatif pendek, telinga pendek dan tegak, jantan dan betina memiliki tanduk, leher pendek dan punggung meninggi, warna bulu bervariasi, ada yang hitam, coklat, merah atau belang hitam-putih.

2. Kambing Peranakan Etawa (PE). Sasaran utama dari kambing PE pada dasarnya adalah penghasil susu, tetapi dapat digunakan juga sebagai penghasil daging, terutama setelah masa afkir. Ciri dari kambing ini adalah bagian hidung ke atas melengkung, panjang telinga antara 15-30 cm, menggantung ke bawah dan sedikit kaku, warna bulu bervariasi antara hitam dan coklat, memiliki bulu tebal dan agak panjang dibawah leher dan pundak (jantan), di bagian bawah ekor (betina).

3. Domba Ekor Gemuk. Memiliki ciri bentuk ekor yang panjang, tebal, besar dan semakin ke ujung makin kecil; tidak mempunyai tanduk; sebagian besar bewarna putih, tetapi ada anaknya yang bewarna hitam atau kecoklatan.

4. Domba Ekor Tipis. Memiliki ciri tubuh yang kecil, ekor relatif kecil dan tipis, bulu bewarna putih, tidak bertanduk (betina), bertanduk kecil dan melingkar (jantan).

C. PEMILIHAN BIBIT

Bibit kambing atau domba bakalan yang baik untuk pengggemukan adalah sebagai berikut :

1. Umur antara 8 bulan – 1 tahun.

2. Ukuran badan normal, sehat, bulu bersih dan mengkilap, garis punggung dan pinggang lurus.

3. Keempat kaki lurus, kokoh dan tumit terlihat tinggi.

4. Tidak ada cacat pada bagian tubuhnya, tidak buta.

5. Hidung bersih, mata tajam dan bersih serta anus bersih.

D. TATA PEMELIHARAAN KAMBING DAN DOMBA

¤ Perkandangan
Pada umumnya tipe kandang pada ternak kambing dan domba adalah berbentuk panggung. Konstruksi kandang dibuat panggung di mana di bawah lantai kandang terdapat kolong untuk menampung kotoran. Dengan adanya kolong berfungsi untuk menghindari kebecekan dan kontak langsung dengan tanah yang bisa jadi tercemar penyakit. Lantai kandang ditinggikan antara 0,5 – 2 m. Bak pakan dapat ditempelkan pada dinding. Ketinggian bak pakan untuk kambing dan domba berbeda. Bak pakan untuk kambing dibuat agak tinggi, kira-kira sebahunya karena kebiasaan kambing memakan daun-daun perdu.

Untuk Domba, dasar bak pakan horizontal dengan lantai kandang karena kebiasaan domba merumput. Lantai kandang dibuat dari kayu papan atau belahan bambu yang disusun dengan jarak 2-3 cm. Dengan demikian, kotoran dan air kencing mudah jatuh pada kolong, sementara tracak/kaki kambing dan domba tidak mudah terperosok dan terjepit terjepit.

¤ Ukuran Kandang :
- Anak : 1 X 1,2 m /2 ekor (lepas sapih),
- Jantan dewasa : 1,2 X 1,2 m/ ekor,
- Dara/ Betina dewasa :1 X 1,2 m /ekor,
- Induk dan anak 1,5 X 1,5 m/induk + 2 anak.

Dasar kolong kandang digali sedalam ±20 cm dibagian pinggirnya dan 30-50 cm pada bagian tengah serta dibuatkan saluran yang menuju bak penampung kotoran. Kotoran kemudian dapat diproses untuk menjadi pupuk kandang. Dan sudah semestinya kandang harus terjaga kebersihannya sehingga ternak kambing dan domba lebih sehat karena tidak mudah terserang penyakit.

¤ Pakan
Pakan utama yang umum diberikan berupa hijauan segar, seperti rumput, legum(daun lamtoro dan turi, dll) atau aneka hijauan (daun singkong yang mempunyai protein cukup tinggi), daun nangka dan daun pepaya). Khusus legume dan aneka hijauan sebelum diberikan pada ternak sebaiknya dilayukan terlebih dahulu 2-3 jam dibawah terik matahari untuk menghilangkan racun yang ada dalam hijauan tersebut.

Selain pakan hijauan, dapat juga ditambah dengan pakan padat atau konsentrat. Jenis yang dapat digunakan adalah bekatul, ampas tahu, ketela pohon (dicacah dahulu). Jenis pakan tersebut relatif murah dan mudah dibeli di mana saja. Pakan konsentrat ini akan memberikan sumbangan cukup besar untuk kebutuhan nutrisinya. Kebutuhan setiap ekor kira-kira 3 kg per hari dengan komposisi 40% berkatul 40% ampas tahu dan 20% ketela pohon.

Teknik pemberian konsentrat disarankan jangan bersamaan dengan hijauan, karena pakan ini mempunyai daya cerna dan kandungan nutrisi yang berbeda dengan hijauan. Jumlah pemberian konsentrat sekitar 3 kg/ekor/hari.

Contoh pola pemberian pakan pada ternak kambing :

Pakan Waktu = Hijauan = Konsentrat
Pagi (+ Pukul : 08.00) = Rumput, Legume = Bekatul, ampas tahu, ampas singkong
Sore (+ Pukul : 15.00) = Rumput, Legume = Bekatul, ampas tahu, ampas singkong

Catatan: Pemberian konsentrat disarankan diberikan saat kambing atau domba sudah banyak mengkonsumsi hijauan, tetapi belum terlihat kenyang.

Selain pemberian rumput dan konsentrat, masih dibutuhkan pakan pelengkap dengan kandungan gizi ternak lengkap yang belum terdapat pada hijauan maupun konsentrat untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi ternak. Sehingga target budidaya ternak yaitu pertumbuhan optimal dan sehat dapat tercapai. Sebagai pakan pelengkap maka PT. NATURAL NUSANTARA mengeluarkan suplemen khusus ternak yaitu VITERNA. Produk ini menggunakan teknologi asam amino yang diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh Kambing dan Domba, yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak.

VITERNA Plus mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak, yaitu :

- Asam-asam amino esensial, yaitu Arginin, Hiistidin, Leusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai penyusun protein tubuh, pembentuk sel dan organ tubuh.

- Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh kambing/domba dari serangan penyakit.

- Mineral-mineral lengkap yaitu N, P, K, Ca, mg , Cl dan lain-lain sebagai penyusun tulang, darah dan berperan dalam sintesis enzim untuk memperlancar proses metabolisme dalam tubuh.

Cara penggunaannya adalah dengan dicampurkan dalam air minum atau komboran pakan konsentrat dengan dosis : ±10 cc atau 1 tutup botol VITERNA /ekor/hari. Penambahan VITERNA Plus tersebut dilakukan pada pemberian air minum atau komboran yang pertama.

¤ Tatalaksana Reproduksi Tata laksana reproduksi meliputi :

- Dengan pengelolaan yang baik kambing/domba dapat melahirkan 7 bulan sekali.

- Perkawinan kembali setelah melahirkan 1bulan kemudian.

- Penyapihan anak dilaksanakan pada 3 – 4 bulan.

- Umur dewasa kelamin 8 – 10 bulan.

- Siklus birahi 17 – 21 hari.

- Lama birahi 24 – 40 jam, bila birahi pagi maka sore atau esok harinya harus dikawinkan.

- Masa kebuntingan : 5 bulan.

E. PENGENDALIAN PENYAKIT

Tindakan pertama yang dilakukan pada usaha pemeliharaan Kado adalah melakukan pencegahan terjangkitnya penyakit pada ternak. Beberapa langkah pencegahan adalah sebagai berikut :

- Lahan yang digunakan untuk memelihara Kado harus bebas dari penyakit menular.

- Kandang Kado harus kuat, aman dan bebas penyakit. Apabila digunakan kandang bekas kado yang telah terserang penyakit, kandang cukup dicucihamakan dengan disinfektan, kemudian dibiarkan beberapa saat. Apabila kandang tersebut bekas kado sehat cukup dicuci dengan air biasa.

- Kado yang baru masuk sebaiknya dimasukkan ke kandang karantina dulu dengan perlakuan khusus. Ternak yang diduga bulunya membawa penyakit sebaiknya dimandikan dan digosok dengan larutan sabun karbol, Neguvon, Bacticol Pour, Triatex atau Granade 5% EC dengan konsentrasi 4,5 gram/3 liter air. Untuk membasmi kutu, Kado dapat juga dimandikan larutan Asuntol berkonsentrasi 3-6 gram/3 liter air.

- Kandang dan lingkungan tidak boleh lembap dan bebas dari genangan air. Kelembapan yang tinggi dan genangan air mengakibatkan perkembangan nyamuk atau hewan sejenis yang menggigit dan menghisap darak ternak.

- Dilakukan vaksinasi secara teratur. Vaksinasi bertujuan untuk mencegah terjangkitnya penyakit oleh Virus.

Beberapa penyakit yang dapat menyerang Kambing dan domba adalah :

1. Penyakit parasit (kudis, kutu, cacingan);
2. Penyakit Bakterial (Antarks, Cacar mulut, Busuk Kuku);
3. Penyakit Virus (Orf);
4. Penyakit lain (Keracunan sianida, Kembung Perut, Keguguran).

Hal penting dalam pengendalian penyakit adalah meningkatkan kesehatan ternak dan kebersihan kandang dan lingkungan sekitarnya serta monitoring/pengamatan yang kontinyu pada ternak sehingga apabila terdapat gejala penyakit, segera dapat diketahui jenis penyakit tersebut dan cara pencegahan dan pengobatannya.

Untuk Info dan Pemesanan Produk Budidaya Ternak Kambing dan Domba Hubungi segera (call/sms) Organik Nusantara Distributor Resmi PT. Natural Nusantara :

XL : 081902639545
AS : 085229806161
AXIS : 083837250533
BBM : 30B210F0

www.produknasa.mywapblog.com